Bahasan Utama

MENCARI ATAU DICARI

"Satu golongan mendapat petunjuk dan saatu golongan lagi pastilah bagi mereka kesesatan, Karena sesungguhnya mereka menjadikan syetan-syetan sebagai pemimpin-pemimpin selain daari pada Allah, dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk". (al-a'raf ; 30)


Nabi saw bersabda : "' Hanya sanya amal-amal itu tergantung pada niat". Hadits ini baik ditinjau secara lahiriahnya maupun batiniyahnya sangat sempurna keberadaannya ataupun hakikatnya, karena memang ucapan ini bukan sekedar dari gumaman mulut nabi saw tapi berdasarkan tuntunan dan petunjuk Allah swt, sehingga hadits ini sangat nyata sekali dalam kehidupan manusia bahwa amal-amal itu bisa baik ataupun buruk tergantung pada niat yang ada dalam diri seseorang. Dari itu jelaslah bahwa yang menuntun dan yang mendorong kita untuk berbuat adalah niat dengan kata lain bahwa niatlah yang menjadi pemimpin kita atau lebih tepat lagi bahwa hatilah pemimpin kita, karena memang bahwa niat itu di dalam hati seseorang. Sekarang, kalaulah benar bahwa yang menjadi pemimpin kita adalah hati dan yang mendorong kita adalah hati, lalu apa yang menjadi pemimpin dan pendorong hati untuk melahirkan niat yang baik dan membuang niat yang buruk ? jawabannya tidak lain bahwa yang menjadi pemimpin dan pendorong itu ialah pemimpim bagi pemimpim dan pendorong, yaitu Allah dan Rasul-Nya, dan itulah yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Pokok bahasan dalam surat Al-A'raf ayat 30 ini ialah apakah seorang itu dituntut untuk mencari pemimpin atau dicari oleh pemimpin ? Apakah seseorang itu dituntut untuk memelihara atau dipelihara oleh peminpin,  secara dhohir mungkin telah menjadi kebiasaan yang dimaklum bahwa seorang pemimpin lebih berkuasa dan berkewajiban untuk mencari dan  memelihara anak buahnya. Dan hal-hal itu dibenarkan dalam  Islam dan bahkan diwajibkan dalam Islam, karena itu merupakan salah satu misi Nabi saw dalam memanggil umatnya. Tapi hal ini, bukan berarti membenarkan bahwa seseorang itu dituntut untuk dicari dan dipelihara oleh pemimpin karena ungkapan diatas merupakan tugas dari seorang pemimpim bukan tugas bagi yang dipimpin secara umumnya, karena tugas seorang pemimpin dan yang dipimpin berbeda. Jikalau benar bahwa kita dituntut untuk dipimpin, dipelihara dan dipikirkan oleh pemimpin, apa bedanya dengan segerombol kambing  yang digiring, dipelihara dan dipikirkan oleh pemiliknya hanya untuk disembelih, karena satu dzat yang menunggu untuk dipimpin menandakan bahwa dia tidak berilmu, tapi karena manusia bukanlah kambing yang tidak memiliki akal dan perasaan, maka manusia layak untuk meninggalkan dan membedakan dzatnya dengan kambing. Manusia bukanlah segerombol ayam yang diberi segenggam beras dan bergirang memanggil temannya untuk memuaskan nafsu perutnya dan mengorbankan jiwanya, karena menanti-nanti kebinasaan yang akan menimpanya dari pemiliknya. Akan tetapi, manusia dianugerahi
maziyah (kelebihan) oleh Allah SWT berupa akal dan perasaan yang dapat membedakan dzatnya dengan kambing dan ayam ataupun binatang lainnya. Dari beberapa ungkapan diatas, jelaslah bahwa yang layak dan lebih cocok bagi manusia adalah  mencari, memikirkan dan memelihara pemimpinnya dan bukan sebaliknya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A'raf ayat 30, Bahwa makhluk yang diciptakan terbagi kepada dua golongan, yang pertama selamat dan yang lainnya sesat.
Dalam kalimat
"Fariiqon Hada" tidak dijelaskan siapa  yang dapat memberikan petunjuk,  syetan atau Allah ? Dalam ilmu mantiq ada yang disebut "Mani'atul Jam'i wal Khalat", yaitu kalimat yang tidak dapat disatukan dari segi waktu dan tempat, seperti baik dan buruk, sehat dan sakit dll. Dan pertanyaan tersebut diatas dapat kita ketahui dengan memperhatikan kalimat selanjutnya yaitu "wa fariiqon haqqo a'laihimm dholaalatan innahum ittakhodzuu syayaatiina auliyaa".  Bila golongan yang sesat itu menjadikan setan sebagai pemimpin mereka, maka sudah pasti golongan yang tidak sesat itu menjadikan Allah sebagai pemimpinnya, karena antara Allah dan syetan tidak dapat disatukan (bertentangan selamanya) yang memberikan arti bahwa petunjuk itu datang hanya dari Allah, maka dari itu  kalimat "fariiqon hada" dapat diartikan "segolongan" Allah pimpin  dan bila kita perhatikan kalimat "Allah pimpin" seakan-akan memberikan arti bahwa golongan tersebut dalam keadaan menunggu tanpa mencari, tapi dalam kalimat "innahum ittakhodzu syayaatiina min duunillaahi" merupakan kalimat aktif bagi golongan itu dan sebetulnya kalimat "fariiqon dholalah" merupakan hasil dari "innahum ittakhodzuuâ€Ĥ.". Dan begitu pula golongan   yang Allah pimpin merupakan hasil dari usaha mereka setelah menjadikan Allah sebagai pemimpin. Dengan hal ini jelaslah bahwa manusia dituntut untuk mencari pemimpin dengan ilmunya.
Dan dalam kalimat
"yahsabuuna annahum muhtaduun" merupakan berita yang mengandung tuntutan yaitu agar kita benar-benar meneliti dalam memilih pemimpin karena orang-orang yang menjadikan syetan-syetan sebagai pemimpin mereka, merasa dirinya telah mendapat petunjuk, sebagaimana ayam dan kambing tadi yang merasa dirinya aman dan dipelihara dikarenakan nafsu perutnya terpenuhi, tanpa memikirkan bahwa dirinya dalam keadaan yang berbahaya.

Wallahu A'lam Bis Shawab.

Sirah

IKHWANUL MUSLIMIN


Ikhwanul Muslimin adalah sebuah gerakan Islam terbesar di zaman modern ini. Seruannya ialah kembali kepada Islam  sebagaimana yang termaktub didalam Al Qur'an dan Al Sunnah, serta mengajak kepada penerapan syariat Islam dalam kehidupan manusia.
Pendirinya ialah Syaikh Hasan al Banna (1324-1368 H/1906 -1946 M), lahir di sebuah kampung di kawasan
Buhairoh, Mesir. Ia tumbuh di lingkungan yang taat beragama, yang menerapkan Islam secara nyata dalam seluruh aspek kehidupannya.
Hasan al Banna memulai aktivitas keagamaannya di tengah-tengah masyarakat setelah tamat dari 
Dar al Ulum  di Kairo, dan pad bulan Dzul Qo'dah 1327/april 1928  ia mendirikan gerakan  Ikhwanul Muslimin yang berlambangkan dua bilah pedang menyilang melingkari Al Qur'an, ayat AlQuran dan tiga kata : Haq ( kebenaran), Quwwah (kekuatan), dan Hurriyah (kemerdekaan).
Gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin adalah
dakwah Salapiyah, thariqoh sunniyah, haqiqoh shufiyah, lembaga politik, klub olah raga, lembaga ilmiah, dan kebudayaan, perserikatan ekonomi dan pemikiran sosial.
Selanjutnya Hasan al Banna menegaskan bahwa ciri gerakan Ikhwanul Muslimin adalah :
1.   Jauh dari sumber pertentangan

  1. Jauh dari pengaruh riya dan kesombongan
  2. Jauh dari partai politik dan lembaga politik
4. Memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah
5. Lebih mengutamakan aspek amaliyah produtifdaripada propaganda dan reklame
  1. Memberi perhatian sangat serius kepada para pemuda
  1. Cepat tersebar di kampung-kampung dan di kota

Itulah sejarah singkat dan pemikiran gerakan Ikhwanul Muslimin ini.

bersambung